GENERASI Z DAN SUMPAH PEMUDA
Jika Anda setuju atau pernah menyebutkan frase "generasi milennial”,maka sebenarnya yang Anda sebutkan itu adalah "generasi pasca 1998". Tahun 1998 di sini, tidak sekadar dimaknai sebagai jatuhnya rezim Orde Baru, melainkan lebih kepada kata "krisis" yang menyertainya. "Krisis moneter" atau "krismon" demikian orang menyebutnya." Dan generasi milenial itu sebenarnya adalah generasi yang tumbuh di masa "krisis."
Generasi yang tumbuh dan lahir di masa krisis, akan cenderung melihat dunianya seakan-akan terus-menerus di dalam krisis. Dan, tidak sedikit pula yang barangkali, cenderung pesimistis. Krisis ekonomi? Ya, tetapi dua dekade sejak 1998 situasi ekonomi itu menjadi hantu yang tampak sebagai makhluk sehari-hari. Dan kini krisis berpindah bentuk pada ancaman radikalisme dan penentangan terhadap ide Bhinneka Tunggal Ika.
Generasi yang tumbuh dan lahir di masa krisis, akan cenderung melihat dunianya seakan-akan terus-menerus di dalam krisis. Dan, tidak sedikit pula yang barangkali, cenderung pesimistis. Krisis ekonomi? Ya, tetapi dua dekade sejak 1998 situasi ekonomi itu menjadi hantu yang tampak sebagai makhluk sehari-hari. Dan kini krisis berpindah bentuk pada ancaman radikalisme dan penentangan terhadap ide Bhinneka Tunggal Ika.
Generasi milenial ini, di hari-hari ini, adalah konsumen legenda Sumpah Pemuda 1928 yang dihelat oleh sekelompok pemuda -- yang tentu saja adalah generasi milenial di eranya -- dalam konsep pendidikan "pemberitahuan" tanpa "pemaknaan."Ancaman radikalisme dan perpecahan yang kita rasakan saat ini, terutama karena aktivitas generasi milenial di dunia maya, justru telah mengkhianati apa yang telah diwariskan oleh anak-anak bangsa jajahan itu dalam sari buah kenikmatan yang kita rasakan sebagai sebuah negara bernama Indonesia.
Yang tersisa kini pada kita adalah bahwa anak-anak muda, generasi milenial ini, bukanlah sekumpulan manusia yang tidak bisa bergerak ke arah yang lebih baik secara bersama-sama. Penting bagi kita untuk mengkampanyekan sejarah kemenangan. Misalnya, dengan kembali mengulang pernyataan novelis Pramoedya Ananta Toer yang mengatakan bahwa "Soekarno adalah satu-satunya pemimpin di Asia pada era modern yang mampu menyatukan sebuah bangsa dengan beragam latar belakang etnis, suku, dan agama, tanpa menjatuhkan setetes darah pun."
sumber : https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp/anita.putri/59f115cb98182761211c7882/belajar-dari-generasi-milenial-era-sumpah-pemuda
Comments
Post a Comment